RSS

Makna dan Maksud Lir Ilir


Ini adalah Maksud dan Makna lir ilir yang pernah disuarakan EmHa Ainun Najib ( Cak Nun ) :
Lir…Ilir,
Lir…Ilir,
Tandhure wus sumilir,
tak ijo royo-royo,
tak sengguh temanten anyar


Menggeliatlah dari matimu (nglilir), tutur Sunan. Siumanlah dari pingsan berpuluh-puluh tahun. Bangkitlah dari nyenyak tidur panjangmu. Sungguh negeri ini adalah penggalan sorga. Sorga seolah pernah bocor dan mencipratkan kekayaan dan keindahannya. Dan cipratan keindahannya itu bernama Indonesia Raya

Kau bisa tanam benih kesejahteraan apa saja di atas kesuburan tanahnya yang tak terkirakan. Tak mungkin kau temukan makhluk Tuhanmu kelaparan di tengah hijau bumi kepulauan yang bergandeng-gandeng mesra ini. Bisa engkau selenggarakan dan rayakan pengantin-pengantin pembangunan lebih dari yang bisa dicapai oleh negeri-nergeri lain yang manapun

Tapi kita memang telah tak mensyukuri rahmat sepenggal sorga ini. Kita telah memboroskan anugerah Tuhan ini melalui cocok tanam ketidak-adilan dan panen-panen kerakusan.

Cah angon-cah angon,
penekno blimbing kuwi,
lunyu-lunyu penekna,
kanggo mbasuh dodo ira.


Cah angon, cah angon penekno blimbing kuwi
Sunan Ampel tidak menuliskan: "Ulama, Ulama", "Pak Jendral, Pak Jendral", "Intelektual, Intelektual" atau apapun lainnya, melainkan "Bocah Angon, Bocah Angon..." Beliau juga tidak menuturkan : "Penekno sawo kuwi", atau "Penekno pelem kuwi" atau buah apapun lainnya, melainkan "Penekno blimbing kuwi"

Blimbing itu bergigir lima. Terserah tafsirmu apa gerangan yang dimaksud dengan lima Yang jelas harus ada yang memanjat pohon yang licin ini, agar blimbing bisa kita capai bersama-sama

Dan yang memanjat harus "Cah Angon". Tentu saja ia boleh seorang doktor, boleh seorang seniman, boleh kiai, jendral, atau siapapun saja -- namun dimilikinya daya angon Kesanggupan untuk menggembalakan.
Karakter untuk merangkul dan mesra pada semua pihak. Yang dapat menciptakan kedamaian bersama. Pemancar kasih sayang yang dibutuhkan dan diterima oleh semua warna, semua golongan, semua kecenderungan

Bocah Angon adalah seorang calon pemimpin negeri di bumi pertiwi

Dodo tira…dodo tira,
kumitir bedhah ing pinggir,
dondomono, jlumetana…
kanggo seba mengko sore,
mumpung padhang rembulane,
mumpung jembar kalangane…


Kain atau dodot adalah lambang dari pakaian, pakaian sendiri adalah lambang dari rasa malu. Karena manusia bukanlah menjadi manusia kalau dia tanpa pakaian. Coba saja berjalanlah di pasar, mall atau bahkan dimanapun tanpa pakaian dan kau akan kehilangan harkatmu sebagai seorang manusia.

Rasa malu ini lah pula yang akan menyelamatkan kita pada saat seba atau bertemu dengan "raja". Seba adalah kata yang mewakili budaya jawa tentang pertemuan dimana seorang raja mengadakan open house di keraton nya.

Karena nya saat kita sebagai kawulo akan menghadap raja, perbaikilah dulu kain dodot kita itu agar kita tidak kehilangan muka di hadapannya. Dan jangan lah terlambat dalam memperbaiki kain ini, karena mumpung sedang terang bulan dan sedang luas/lapang.

dalam dimensi lain hal ini berarti sebelum menghadap (seba) Tuhan, sebaiknya nya lah kita mempersiapkan rasa malu kita, rasa malu melakukan hal2 yang dilarang Nya, rasa malu untuk melanggar apa yang telah diperintahkan dan rasa malu untuk berperilaku tidak seperti yang sudah dituntunkan Nya melalu Al Qur'an dan Rasul Nya.

Dan sebaiknya kain/pakaian dan rasa malu kita itu sudah mulai kita perbaiki dari sekarang, mumpung masih ada umur kita dan masih ada nafas kita.Jangan sampai kita terlambat dalam melakukan ini karena tidak ada seorang pun yang tahu kapan akhir dari hidupnya...

Wallahu A'lam
Semoga terfahami dan terjalani

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar