RSS

Kisah dan Jatidiri



Rabi’ah al-Adawiyyah : 
{http://mutiarahatipenyejukjiwa.blogspot.com}Rabi’ah Adawiyah,yang nama lengkapnya adalah Ummul Khair Rabi’ah binti Isma’il al-Adawiyah al-Qisiyyah. Dia lahir di Bashrah, lalu hidup sebagai hamba sahaya di keluarga ‘Atik , Muslim yang kaya dan banyak uang . dikisahkan dari beberapa riwayat yang menghubungkan Rabi’ah dengan Hasan al-Bashri. Tapi masalahnya Rabi’ah meninggal pada tahun 185 H, Hasan al-Bashri meninggal pada tahun 110 H, sedangkan menurut riwayat yang lain pula, umur Rabi’ah mencapai 80 tahun. Maka tidak logis umur lima tahun Rabiah sudah menempuh jalan zuhud.
Diriwayatkan dalam Kasyf  al-Mahjub karya al-Hujwiri:  “Suatu ketika aku membaca cerita bahwa seseorang hartawan berkata kepada Rabi’ah: mintalah kepadaku segala kebutuhanmu! Jawab Rabi’ah: aku ini begitu malu meminta hal-hal duniawi kepada Yang Pemiliknya, maka bagaimana bisa aku meminta hal itu kepada yang bukan pemiliknya.”
http://mutiarahatipenyejukjiwa.blogspot.com} Dalam menasehati dirinya ketika tertidur sebentar setelah semalaman sholat,ia ber kata ” Duh, jiwa! Berapa lama kau tertidur, dan sampai mana kau tertidur, sehingga hampir saja kau tertidur tanpa bangkit lagi kecuali oleh terompet Hari Kebangkitan!”. dilakukannya setiap malam sampai ia meninggal. Dalam Thabaqat al-kubra karya al-Sya’rani dikisahkan: ” dia sering menangis dan bersedih hati. jika dia diingatkan tentang neraka maka iapun jatuh pingsan, sementara tempat sujudnya selalu basah oleh air matanya” http://mutiarahatipenyejukjiwa.blogspot.com} Suatu ketika Sufyan al-Tsauri berkata dihadapan Rabi’ah: ” Betapa sedih hatiku,” Maka kata Rabi’ah: “Jangan kau dusta! Tapi katakan, betapa sedikit rasa sedihku. Sebab seandainya kau benar-benar sedih, kau tidak lagi bisa bernafas.”


Banyak ajaran yang diriwayatkan dari Rabi’ah yang seterusnya menjadi bahan perbincangan para sufi setelahnya.


Website http://mutiarahatipenyejukjiwa.blogspot.com} Banyak Ajaran sufi Islam yang diriwayatkan berasal dari Rabi’ah al-Adawiyyah, yang seterusnya menjadi perbincangan para sufi setelahnya. Rabiah berkata pula : ” Amalan yang timbul dari diriku tidak berarti bagiku”. Dalam al-Bayan wa al-Tabyin, suatu ketika ditanya Rabiah : ” Apakah suatu amal yang kau lakukan itu dipandang diterima?” Jawabnya: “Seandainya amal itu ada artinya justru aku takut itu dikembalikan padaku. Mengenai riya, dia berkata: “Sembunyikan kebaikan-kebaikanmu, sebagaimana kau sembunyikan keburukan-keburukanmu.”
http://mutiarahatipenyejukjiwa.blogspot.com} Ibn Abi al-Hadid dalam Syarkh Nahj al-Balaghah meriwayatkan bahwa Rabi’ah berkata:    “Jika seseorang memberi saran karena Allah, maka Allah akan menyingkapkan untuknya keburukan-keburukan amalnya, sehingga membuatnya tersibukkan daripada mengingat keburukan makhluk -makhluk-Nya.”
Dalam Risalah al-Qusyairiyyah, Rabi’ah berdo’a: ” Tuhanku, akan terbakarkah oleh api neraka kalbu yang mencintai-Mu?” Tiba-tiba dia mendengar suara: “Kami tidak sama sekali melakukan itu. Janganlah kau buruk sangka kepada Kami.”
Menurut Rabi’ah, kepatuhannya kepada Allah bukanlah tujuannya, sebab dia tidak mengharapkan nikmat surga dan tidak takut azab neraka, tetapi dia mematuhi-Nya karena cinta kepada-Nya. Seperti ungkapannya berikut:
Dalam batin kepada-Nya kau durhaka, tapi
Dalam lahir kaunyatakan cinta suci
Sungguh, aneh sangat gejala ini
Andaikan cintamu memang tulus dan sejati
Yang Dia perintahkan tentu kau taati
Sebab, pecinta pada Yang Dicintai patuh dan bakti.
http://mutiarahatipenyejukjiwa.blogspot.com} Ketika Sufyan al-Tsauri bertanya kepada Rabiah: ” Setiap keyakinan mempunyai syarat, dan setiap kenyakinan mempunyai realitas. Bagaimanakah realitas keimananmu?  Rabi’ah menjawab. Aku tidak menyembahnya karena takut neraka-Nya, dan bukan karena cinta surga-Nya, sepertinya aku ini hanya pekerja kasar yang bekerja karena upah saja. Tapi aku menyembahnya karena aku cinta kepada-Nya.
Doa Munajat Rabi’ah: ” Tuhanku, sekiranya aku beribadah kepada-Mu karena takut neraka-Mu, biarlah diriku terbakar api jahanam-Mu. Dan sekiranya aku beribadah kepada-Mu, karena mengharap surga-Mu, jauhkanlah aku darinya. Tapi sekiranya aku beribadah kepada-Mu hanya semata cinta kepada-Mu, Tuhanku, janganlah Kauhalangi aku melihat keindahan-Mu yang Abadi.
SEMOGA MANFAAT

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS